Senin, Oktober 27, 2014

Ngomongin Ibu-ibu Sosialita
Kemarin gue lagi duduk sendirian di sebuah cafe yang berada di dalam Mall Grand Indonesia sambil ngetik skenario calon film layar lebar gue sendiri, Relationshit yang bakal rilis taun depan.

Saat gue konsen nulis dialog antara Supri dan Ningsih, konsentrasi gue terpecahkan oleh suara gelak tawa ibu-ibu yang berkumpul di belakang gue. Gue sempet nengok ke belakang, mata gue langsung berkunang-kunang karena silau melihat perhiasan di sekujur tubuh ibu-ibu itu. Gue sempet mikir, tiap hari mereka memakai gelang, kalung dan cincin yang bahannya entah emas, timah atau porselen yang gue taksir seberat 20 kiloan itu. Dengan beban segitu di sekujur tubuh, harusnya badan mereka bisa lebih sangar dari Lisa Rumbewas.

Cewek legenda olahraga angkat besi Indonesia.

Gue nyoba konsen ngetik lagi, tapi lagi-lagi konsentrasi gue dipecahkan oleh kedatangan seorang ibu-ibu yang dateng membawa sebuah tas impor baru. Ibu-ibu lain heboh banget ngeliat tasnya. Terus ibu-ibu yang baru dateng itu bilang, "Eh jengg... Saya dapet tas LV ini dari diskonan di Paris loh.. Cuma 55 juta.."

Beberapa saat kemudian, ibu-ibu lain langsung teriak dengan suara ala paduan suara sekte sesat dengan ekspresi takjub, "AAAKKK!! KOK MURAH JENG?!"

"Anjir.. Tas harganya 55 juta dibilang murah. Ini ibu-ibu suka makan pake lauk nuklir kah?" Gumam gue waktu itu.

Tapi dari obrolan soal tas itu, gue malah mikir, "Tas doang harganya Rp. 55 juta? Itu tas apaan? Kalo dijambret di jalan, tasnya bisa pulang sendiri apah?"

Kehebohan mereka masih berlanjut dan bikin gue bener-bener nggak bisa konsen nulis skenario gue lagi. Gue pun cabut, pulang dengan keadaan hati yang jengkel. Sesampainya di rumah, gue googling dan nyari-nyari info, sebenernya pada ngapain ibu-ibu itu berkumpul. Dan setelah beberapa saat, gue pun nemuin istilah "Ibu-ibu Sosialita" yang cukup menggambarkan kegiatan ibu-ibu yang gue temuin sebelumnya itu.

Nah, di sini gue bakal ngeshare tentang beberapa ciri ibu-ibu sosialita sesuai hasil riset gue. Semoga bisa menambah pengetahuan kalian.

Suka Arisan
Kegiatan rutin ibu-ibu sosialita adalah arisan. Tapi arisannya bukan sembarang arisan kayak ibu-ibu PKK. Yap, iuran arisannya itu bisa sampe berjuta-juta. Tapi biasanya, iuran arisannya masih kalah gede dibanding duit yang harus mereka keluarin buat persiapan arisannya seperti: Make-up, Perhiasan, Pakaian, dan Gadis perawan buat persembahan dewa.

Hedon
Seperti yang gue bilang di atas, barang-barang yang dimiliki oleh ibu-ibu sosialita itu nggak ada yang murah. Tas doang bisa ampe puluhan juta harganya. Bahkan, ada juga tas mereka yang harganya sampai ratusan juta. Gue penasaran, kayak apa sih bentuk tas yang harganya ratusan juta itu? Apa di dalam tas itu ada TV, home theater, dapur, kamar mandi dan garasi? Atau, apa tas itu tahan api, peluru dan bencana alam? Atau jangan-jangan tas itu bisa berubah jadi jet-pack dalam keadaan darurat?

Make Up W.O.W
Ibu-ibu sosialita yang gue temuin kemarin, dandanannya nggak ada yang biasa. Ada yang make sanggul tinggi banget. Gue curiga itu sanggul juga bisa dipakai buat alat penguat sinyal handphone. Selain sanggul, make-up yang nempel di wajah mereka juga nggak wajar. Yang paling mencolok adalah bulu mata. Tebal dan panjang banget. Dengan bulu mata sepanjang itu, kalo mereka ngedipin mata dengan kecepatan tinggi secara rame-rame, mungkin mereka bisa menciptakan angin topan.

Narsis
Kalo udah dandan heboh dan punya aksesoris mahal, tentunya bakal mubadzir kalo nggak dipamerin kepada dunia. So, sering-sering selfie atau foto-foto sendiri dan di-share ke social media adalah kegiatan wajib.

Tapi biasanya nggak cuma wajah, barang-barang branded yang mereka beli juga mereka pamerin ke social media. Misal, upload foto lagi makan steak. Gambar steaknya cuma menghabiskan 25% dari frame foto. Sisanya? Gambar sepatu baru yang ditaroh di sebelah steak itu. Ntah mereka make tuh sepatu buat ngalusin daging steaknya atau gimana.

Kembali ke soal selfie-nya ibu-ibu sosialita. Seru sih ngeliat ibu-ibu berumur yang masih segar dan enerjik berpose menggemaskan. Tapi yang jadi masalah, sebagian dari ibu-ibu sosialita ini nggak sadar diri kalo mereka sudah terlalu tua untuk berpose dengan gaya tertentu. Misal gaya "Chibi", terakhir liat temen nyokap yang usianya udah 50an nge-upload foto gaya chibi di Facebook, gue kehilangan semangat hidup selama seminggu. Rasanya kayak abis liat berhala yang sedang puber.

Suka Nyumbang
Tapi di samping segala kebiasaan-kebiasaan 'wah' mereka, ibu-ibu sosialita itu juga terkenal dermawan. Mereka suka menyumbangkan sebagian dari harta mereka untuk orang-orang kurang mampu. Mereka juga suka melakukan kegiatan-kegiatan sosial secara rame-rame untuk mendukung orang-orang yang membutuhkan. So, mungkin di titik ini gue setuju mereka disebut ibu-ibu sosialita, karena kesadaran mereka akan kehidupan sosial ternyata tinggi juga.

So, kesimpulan yang bisa gue ambil dari ibu-ibu sosialita ini, mereka adalah sekumpulan orang yang bingung cara ngabisin duit gimana. Mungkin suaminya kalo pilek, ingusnya berbentuk duit. Nah, syukurlah mereka menghabiskan duitnya dengan cara yang positif. Yap.. Gue tetep bilang gaya hidup hedonis mereka positif selama tidak merugikan orang. Duit juga duit mereka sendiri ini. Dan hobi mereka nyumbangin sebagian harta mereka adalah hal yang sangat layak diacungin jempol. Gue sebel sama orang yang suka pamer, tapi pelit.

Yap.. Kayaknya itu aja dulu beberapa ciri ibu-ibu sosialita yang bisa gue share di sini. Semoga info ini bisa nambahin pengetahuan kalian semua. Maaf-maaf kalo ada bagian dari tulisan gue ini yang kurang berkenan di hati. Kalo lo tau ada ciri-ciri lain dari ibu-ibu sosialita yang belum gue sebutin di atas, silakan share di comment box ya!

Oiyah! Selamat hari blogger nasional! Semoga kita semakin semangat buat berbagi info dan ilmu! Ciao!
Read More
Senin, Oktober 20, 2014

Tanda-tanda Bahwa Lo Perlu Liburan
Kemarin gue baru aja balik dari Bali. Itu adalah pertama kalinya gue ngerasain piknik di Bali. Sumpah. Sebenarnya, gue udah tiga kali ke Bali, tapi untuk urusan kerja. Sore datang, pagi pulang. Tenang.. Kerjaan gue bukan nemenin om-om hidung belang kok. Gue adalah gembong mafia pengedar bubuk Abate. Dengan rutinitas seperti itu, gue pun gatel banget pengin ke Bali tanpa mikirin kerjaan sama sekali.

Nah, minggu kemarin gue ngalamin beberapa hal yang bikin gue nyadar kalo gue perlu liburan. Dan akhirnya, gue bisa menikmati Sunset Jimbaran sambil makan. Di sana, gue suap-suapan sama diri sendiri.


Di sana, gue nyewa Villa yang ada kolam renangnya. Akhirnya, 4 dari 5 hari gue di Bali, gue habisin di Villa buat renang dan nonton sinetron. 1 hari sisanya, gue abisin buat tidur seharian di hotel.


Dan foto seindah ini, kemarin diedit secara brutal oleh temen-temen di twitter, jadi gini:


Dan gini:


Dan yang paling biadab, GUE DIJADIIN TUYULNYA @IMANDITA! :(


Pengalaman ini mengajarkan bahwa jangan suka upload foto aneh-aneh di internet kalo gak mau diedit jadi foto-foto yang keji. 

Tapi semua pengalaman liburan itu bener-bener bikin otak gue fresh lagi dan siap buat bertarung sama ibu kota lagi. So, di sini bakal gue share beberapa tanda orang perlu take a break dan liburan, sehingga lo yang mungkin mengalami gejala-gejala ini, bisa nyadar dan langsung mutusin buat liburan. Here they are:

1. Gak fokus
Tubuhnya lagi meeting sama klien, tapi jiwanya lagi rebahan di kasur. Ya, kira-kira hal semacam inilah yang terjadi pada orang yang sudah muak dengan rutinitas pekerjaannya. Dan kehilangan fokus, bisa berdampak buruk bagi karier orang itu. Karena tanpa bisa fokus, orang itu bisa saja mengambil keputusan yang salah. Misal,

"Jadi menurut anda, bagaimana presentasi saya tadi?" Tanya seorang klien.

"ZzzZz.."

"Membosankan ya?" Klien itu mulai ragu.

"ZzzZz.."

"Pak?! Pak?! Bagaimana? Kita batal kerjasama aja yah?" Klien mengguncang-guncang tubuh Supri.

"Eh.. Iya! Iya! Silakan." Ucap Supri yang sedari tadi melamunkan liburan di Eropa. Kliennya pun segera pergi dari kantornya. Hilang sudah kesempatan kerjasama mereka.

So, kalo mulai nggak fokus, take a break dulu lah!

2. Mudah stress
Rutinitas dan jadwal kerja yang kadang tidak mengenal waktu, bisa memicu tingkat stress yang tinggi juga. Orang yang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan sering melupakan istirahat, biasanya akan menjadi tempramental. Contoh:

"Mbak udah makan?" Tanya seorang Office Boy

"Nggak laper." Jawab si karyawati ketus

"Oh. Ya udah."

"OH. Gitu doang? Lo gak bener-bener peduli sama gue?" Si karyawati kembali menjawab.

"Yah.. Tadi saya mau nawarin makan, tapi mbak bilang nggak laper." Si Office boy salah tingkah.

"Lo tuh emang nggak peka ya! Kalo orang belum makan tapi nggak laper, pasti dia punya alasan! TANYA KEK!"

"Err.. I.. Iya mbak.. Maaf.. Mbak punya masalah apa?"

"BASI!" Si karyawati melengos pergi. Si Office boy mencelupkan kepalanya sendiri ke dalam jamban.

Iya, tempramental adalah salah satu ciri orang yang stress. Selain tempramental, orang yang stress juga bisa jadi melankolis. Masak mie instant terlalu matang pun bisa membuat dia menangis.

Makanya, sebelum kena stress, take a break dulu guys!

3. Gak bisa tidur
Baru aja tidur 10 menit, tiba-tiba kebangun dan nggak bisa tidur lagi sampai pagi tiba. Insomnia adalah salah satu penyakit yang diciptakan oleh keadaan pikiran yang terlalu tegang, terlalu banyak tekanan, dan terlalu banyak pikiran. Kalo udah kena insomnia, mukanya bakal terlihat pucat, otaknya nggak fokus, dan tubuhnya bakal lesu. Mirip kayak karakter di game Plants Vs Zombie. Tentunya, orang-orang yang insomnia ini perlu banget yang namanya liburan dan hiburan. So, take a break dulu, man!

4. Tak bersemangat
Saat sudah terlalu capek dalam melakukan sesuatu, sudah sewajarnya orang itu bakal kehilangan semangatnya. Contohnya, orang yang kerja kantoran, di tanggal muda setelah gajian dan semangatnya masih membara, mungkin dia bisa mengerjakan 25 lembar itung-itungan di Microsoft Excell. Tapi di tanggal tua, di saat semangat hampir binasa, orang itu bakal ngebiarin kerjaannya menumpuk di atas meja.

Tak bersemangat karena kecapekan, nggak cuma terjadi sama dunia karier doang loh! Dalam dunia asmara juga sama aja. Saat terlalu lama menjalani hubungan yang gitu-gitu aja, atau saat terlalu capek mengikuti permintaan pacar yang banyak maunya, tentunya orang itu bakal malas-malasan untuk menjalani hubungannya. So, kalo keadaan udah kayak gitu, Take a break dulu!

Oke.. Gue nggak mungkin ngasih tau masalah, tanpa ngasih tau solusi. Kalo lo ngerasain salah satu atau semua point di atas, silakan siapkan diri buat liburan demi kewarasan pikiran.

Tapi Litt, gue mau liburan gimana? Duit aja nggak ada!

Tenang.. Gue kasih satu cara biar lo bisa liburan ke Eropa dan GRATIS!

Serius lo, Litt?!

Iya.. Caranya gampang pula! Lo tinggal beli KitKat seharga minimal 20 ribu Rupiah. Lalu registrasiin diri lo di SINI.



Abis itu, pilih destinasi atau kota mana yang mau lo tuju kalo lo bisa ke Eropa nanti. Setelah itu, pilih challenge buat nge-upload foto sesuai dengan tantangan yang lo pilih. Simpel kan?!


Oiyah.. Kalo menang, yang berangkat ke Eropa bukan cuma lo sendiri kok. Lo boleh ngajak teman, sahabat, atau sodara lo buat nemenin ke Eropa. Asik ya!

Kitkat nyediain 6 paket wisata ke Eropa buat 3 pemenang kontes ini. Dan jangan khawatir, misalpun lo minder buat menangin paket wisata ke Eropa ini, KitKat udah nyediain hadiah hiburan lain yang nggak kalah menggiurkan.

Hape Nexus 5, Camera tahan banting Go Pro, iPod Shufle ama Hape keren Swatch bakal dibagi-bagi buat lo!

Selain hadiah hiburan, lo yang berpartisipasi di kontes ini juga berkesempatan buat menangin hadiah mingguan. Yap.. Setiap 2 minggu bakal dipilih pemenang mingguan yang berhak mendapatkan Samsung Galaxy V!


Tuh.. Peluang menangnya kurang banyak apa lagi?!

Untuk info lebih lengkap mengenai kompetisi ini, silakan kunjungi LINK INI!

Dengan segala kesempatan yang udah dikasih KitKat Breakaway ini, gue yakin tingkat stress lo bakal berkurang. Dan hari-hari lo bakal kembali gemilang! Ayo gabung, dan ajak temen-temen lo buat bersaing di kompetisi ini! Kalo lo menang, bagi-bagi pulsa buat gue ya~ :D

Btw, kapan terakhir lo liburan? Liburan ke mana? Share pengalaman lo di comment box dong! Thanks for reading!
Read More