"Aku akan meninggalkan segala urusan di dunia, untuk membahagiakanmu saja."
"Aku cuma ingin selalu bersamamu, bukan bersama siapa-siapa."
"Cuma kamu yang ada di hati dan pikiranku."
Mungkin kalimat itu terdengar sangat manis, hingga orang yang diberi kalimat seperti ini harus segera disuntik insulin. Tapi kalo sudut pandangnya kita ubah, dengan membayangkan bahwa apa yang dia katakan benar-benar dilakukan, that's creepy.
Pasangan yang rela meninggalkan segala urusannya, yang selalu ingin bersamamu, yang selalu memikirkanmu, bukanlah pasangan yang romantis. Justru itu adalah pasangan gila. Ujung-ujungnya dia akan jadi overly-attached lover, alias Posesif parah. Yang mungkin malah akan membuat kita risih. Memiliki pasangan yang perhatian, selalu ada saat dibutuhkan, selalu peduli saat kita dalam masalah, memang menyenangkan, namun apapun yang berlebihan, akan menghilangkan kesenangan.
Gue abis nemu sesuatu yang hits akhir-akhir ini. Buat yang sering mantengin IG maupun Youtube, pasti nggak bakal asing sama yang namanya Awkarin. Seorang cewek yang mengumbar percintaannya di Media Sosial. Dia punya gimmick yang unik sama pacarnya, seperti cupang, cium kecil, cium sedang, dan cium besar. (Oh God.. Why did I watch it?!) Buat sebagian remaja, cara pacaran Awkarin dianggap sweet. Namun bagi orang dewasa yang udah bisa mikirin realita, mereka ini menjalani hubungan secara lebay. Tapi, pola pikir remaja dan orang dewasa emang nggak bakal bisa sejalan. Jadi, ya biarin aja mereka menikmati moment sweet mereka itu. Lima tahun dari sekarang, kalo mereka inget atau liat videonya, paling juga muntah tai kuda.
Yang mau gue highlight adalah, kemarin gue nonton video Awkarin yang curhat karena abis diputusin pacarnya, Gaga. Di video itu, dia menunjukkan bahwa dia udah ngasih segalanya ke Gaga, bahkan dia rela meninggalkan cita-citanya agar selalu bisa menemani Gaga. God.. That's a sweet thing (if it's a movie, and if Gaga is paralyzed).
Tapi, buat gue, mungkin keputusan Karin itu yang membuat Gaga ingin hengkang dari dia. Kenapa? Di usia Gaga yang masih muda, dia masih ingin bergaul dan nongkrong di sana-sini. Dan kegiatan semacam itu nggak bakalan nyaman dijalani kalo si pacar selalu mengikuti. Manusia itu makhluk sosial, manusia memang tak bisa hidup sendiri, namun manusia juga tak bisa selalu berduaan ke mana-mana. Karena kadang, manusia juga butuh me-time. Hanya untuk sekedar menikmati, bebasnya hidup sendiri.
Jadi, di postingan ini, gue mau ngejelasin bahwa kita sebaiknya tidak memilih pasangan pengangguran. Bukan, "pengangguran" yang gue maksud di sini, bukanlah tentang karier/duit. Tapi tentang mereka yang kurang kegiatan dan sering kesepian. Iya, jangan macarin orang yang sering kesepian. Here's why:
Dia Sering Kesepian
Pasangan yang nganggur, akan sering kesepian. Efeknya, dia bakal sering ngehubungin lo, ngajak ketemu lo, dan sering ngajakin ngobrol elo. Untuk orang yang sama-sama sedang dimabuk cinta, hal itu akan terasa menyenangkan. Namun saat pikiran sudah terbagi fokusnya dengan pekerjaan, pasangan yang selalu ngehubungin, bisa aja malah terasa mengganggu. Bayangkan, lo lagi meeting, lo ditelponin mulu? Bayangkan, lo lagi kerja, si dia ngajak chat melulu? Produktivitas lo bakal jeblok. Kerjaan lo bakal kacau.
Sedangkan kalo lo nggak ngerespon dia saat lo lagi sibuk kerja, dia bakal ngerasa hidupnya hampa. Dia bisa ngambek ke elo juga. Soalnya dia juga berharap lo selalu ada buat dia.
Dia Selalu Mikirin Lo
Karena dia nggak punya kesibukan lain, dia bakal selalu mikirin pasangannya. Kalo pasangan nggak bisa dihubungi karena sibuk, dia akan mencari-cari informasi sendiri. Dia bakal kepoin sosmed lo, dia bakal merhatiin apapun kegiatan lo, dan dia akan terlalu mikirin hal-hal kecil yang tidak dia suka dari hubungan lo dan dia. Kenapa? Karena dia punya banyak waktu untuk hal itu. Ujung-ujungnya, masalah-masalah kecil itu bisa jadi topik buat ngajak berantem elo.
Lo Bakal Cepet Bosen Sama dia
Futsal, ditemenin. Jalan ke mall, ditemenin. Jumatan, ditemenin. Hampir setiap hari dia selalu ada di samping lo, bukanlah hal yang bakal bikin lo bahagia. Ada kalanya kita juga ingin bergaul dengan teman-teman kita, ngomongin apa aja, tanpa ada si dia. Iya, privasi juga masih berlaku bahkan untuk pasangan yang sudah menikah.
Dengan frekuensi bertemu sesering itu (karena dia selalu bisa nemenin lo), nggak menutup kemungkinan lo bakal cepet bosen sama dia. Kenapa? Karena lo nggak pernah ngerasa kangen sama dia. Karena lo nggak pernah semenitpun kehilangan dia, sehingga lo nggak nyadar lagi bahwa dia berharga. Dengan frekuensi bertemu sesering itu, nggak menutup kemungkinan lo yang bakal risih karena dia selalu nempel melulu.
Itulah kenapa, kalo lo tipe orang yang sibuk (punya kerjaan atau kegiatan rutin), carilah pasangan yang sibuk juga. Soalnya, pasangan yang sama-sama sibuk, cenderung tak akan mempermasalahkan masalah-masalah kecil, karena pikirannya nggak cuma fokus ke hubungan, melainkan kepada kerjaan juga. Pasangan yang sama-sama sibuk, akan menghargai setiap moment mereka bisa bertemu, karena moment-moment itu langka.
Dengan kesibukan masing-masing, tentunya untuk menemukan jadwal yang pas buat ketemu itu nggak mudah. Kadang seminggu sekali, kadang dua minggu sekali. Dengan frekuensi ketemu sejarang itu, maka akan tercipta rasa rindu, sehingga muncul kebahagiaan setiap kali bisa ketemu. Yep.. That's called quality-time! Beda sama orang yang tiap hari ketemu, ya paling ngerasa gitu-gitu melulu. Jadinya, setiap pertemuan, tak lagi ada keistimewaan. Inget.. Kualitas dan kuantitas itu susah untuk selalu berjalan secara beriringan. Bila kuantitasnya dominan, kualitasnya pasti terkorbankan. Begitu pula sebaliknya.
Selain kesepian yang bisa bikin masalah, kalo lo nganggur soal kerjaan, terus pacar lo nganggur juga, ya sono cari kerja. Pasangan yang sama-sama nganggur itu bakal susah ke depannya. Selain bosan, kalian juga nggak akan ngerti mau dibawa ke mana hubungannya, tanpa ada modal untuk nikah. Lagian, apa sih bangganya ngebahagiain anak orang dengan subsidi dari orang tua? Kalo lo masih pelajar, ya pacaran sewajarnya. Nggak perlu ikut-ikutan Awkarin lah. Romantis itu nggak selalu tentang ciuman dan cupang-cupangan. Romantisme itu adalah lo berdua MERASA BAHAGIA, bukan TERLIHAT BAHAGIA.
So, in the end of the post, gue cuma mau nyaranin. Carilah pasangan yang bisa membahagiakan dirinya sendiri juga. Jangan sampai punya pasangan yang menggantungkan kebahagiaannya di diri lo. Jangan sampai dia menjadikan lo sebagai pusat dunia. Karena kalo sampe itu terjadi, lo bakal repot sendiri. Bahkan misalpun kelak lo nggak kuat untuk berhubungan lagi, dia bisa aja mikir buat bunuh diri. Karena dia merasa hidupnya tak ada tujuan lagi. Makanya, cari pasangan yang sama-sama sibuk mengejar cita-cita. Jadikan cinta sebagai motivasi untuk saling mendukung pasangan. Jangan cuma jadi orang yang melengkapi hidup pasangan. Berikan hidup lo sendiri sebuah arti. Jangan hanya menumpang kebahagiaan di kehidupan orang lain.
Lo pernah pacaran sama pengangguran? Ceritain di kolom komen dong.