Gue bete kalo pas ada atlet kalah pas bertanding, di sosmednya netizen pada komen, "Dasar atlet bego, gitu doang kalah!"
Bisa bayangin nggak, atlet udah latihan fisik tiap hari, diet, dan disiplin mengatur makan, endingnya dikata-katain abis-abisan cuma karena kekalahan. Yang ngeselinnya lagi, orang-orang yang komen itu nggak mau tau fakta bahwa atlet yang kalah itu melawan atlet dari negara lain yang rankingnya dalam level dunia, jauh lebih atas dibanding dia.
Padahal, gue yakin nih orang-orang yang asal komen nge-bully atlet, kalo diajak latihan fisik sehariiii aja, paling besoknya kena tifus, atau tangan kaki lumpuh.
Yang ngeselinnya lagi, orang-orang ini punya dalih ingin memperkuat mental para atlet dengan cara mem-bully pake komentar-komentar pedas. Masalahnya, mental atlet yang harus dibangun itu adalah mental bertanding, bukan mental menghadapi komentar julid netizen.
Kalah setelah bertanding itu sudah cukup membuat para atlet kecewa karena pengorbanan yang selama ini mereka lakukan, berakhir kurang menyenangkan. Ditambah komentar-komentar pedas itu bisa membuat atlet down dan bisa aja sampai depresi.
Memang, mengomentari itu jauh lebih mudah daripada menjalani. Tapi bukankah lebih baik kalo mengomentari dengan kata-kata yang lebih baik dan supportive?
Bahkan, nggak cuma atlet, Pak Presiden yang menyajikan atraksi sepeda motor dalam pembukaan Asian Games, tetep aja ada netizen komen negatif. Ada yang bilang itu penipuan karena pake stunt-man. Ada yang bilang Pak Presiden nyuri panggung pembukaan Asian Games 2018. Pesta pembukaan Asian Games terlalu mewah, dll.
Logikanya gini loh, Indonesia udah nunggu puluhan tahun untuk bisa menjadi tuan rumah pelaksanaan Asian Games. Wajar kalo akhirnya kesampaian, acaranya pun dibuat semewah dan semeriah mungkin. Karena dengan event ini, Indonesia punya kesempatan untuk memperkenalkan diri ke dunia. Lo pasti ngerti nyeseknya saat ketemu bule, dan dia nggak tau Indonesia itu ada di mana. Atau Bulenya lebih kenal Bali dibanding Indonesia. Nah, dengan atraksi unik yang dilakuin Pak Presiden itu, akhirnya media-media asing ramai memberitakannya, dan Indonesia jadi lebih dikenal dunia. Mbok ya mikir.
Bahkan, sebagian Netizen ini semacam punya terlalu banyak waktu luang untuk ngomenin soal kursi penonton yang kosong. Banyak yang mengeluhkan kenapa di beberapa pertandingan ada kursi penonton yang kosong, padahal tiket sudah sold out. Dan isu ini pun "digoreng" oleh sebagian pihak untuk memancing keributan di ajang bergengsi ini. Sedih nggak sih?
Sebenernya, kasus kursi kosong ini nggak cuma menimpa Asian Games 2018. London Olympics 2012 pun pernah ada kasus 12.000 kursi kosong, Rio Olympic taun 2016 pun ada buanyak banget kursi kosong.
Gue nyoba untuk searching kenapa sih di berbagai event olahraga taraf internasional ini banyak kursi kosong? Gue pun nemuin banyak fakta yang masuk akal soal kasus ini:
- Tiket Dibeli Online
Ya.. Banyak tiket dibeli oleh pendukung atlet-atlet dari negara masing-masing secara online, namun saat hari pertandingan, para pendukung ini tidak bisa menghadiri dan menonton pertandingan. Bisa lo bayangin, ada berapa banyak orang dari sekian banyak negara yang ikut Asian Games udah beli online dari negara masing-masing. Dan wajar kalo endingnya mereka nggak jadi nonton karena ada hal yang lebih urgent di kehidupannya.
- Tiket dialokasikan untuk para sponsor, dan undangan
Asian Games 2018 bisa berjalan dengan baik juga pastinya berkat dukungan sponsor. Itulah kenapa, panitia memberikan tiket untuk para sponsor sebagai wujud apresiasi atas jasa mereka. Lo bisa bayangin nggak, berapa banyak sponsor yang mendukung Asian Games 2018? Nah, kalo tiap sponsor dapet undangan untuk 10 orang, berarti ada berapa banyak tiket yang dialokasikan untuk sponsor?
- Pengaturan ruang gerak
Ajang Asian Games 2018 sangat menarik antusiasme warga. Itulah kenapa, kemungkinan overload juga tinggi. Panitia sengaja mengatur jumlah tiket penonton tanpa boleh melebihi jumlah kursi yang ada, agar tidak ada penonton yang berdiri berjubelan. Sehingga panitia bisa lebih mudah mengatur jalannya pertandingan dan bisa memastikan pertandingan berjalan secara tertib.
Gue bukannya nggak setuju kalo netizen kritis, namun mending mereka lebih kritis ke hal-hal yang lebih penting seperti misalnya, nasib atlet Indonesia, atau kritis soal gimana cara meningkatkan prestasi atlet. Stop budaya omong kosong apalagi omong kosong yang memancing keributan maupun kebencian. Negara kita terlalu indah untuk diisi dengan kebencian dan permusuhan. Malu ah, negara kita lagi jadi pusat perhatian dunia, tapi malah pada ribut sesama rakyatnya.
Mending kita diskusi yuk! Menurut lo, apa sih yang harus ditingkatin lagi biar prestasi para atlet Indonesia semakin gemilang? Tulis di kolom komen, ya!